[BLURB]
Berpikir
positif adalah selalu percaya dan yakin bahwa dirinya baik, orang lain juga
baik. Tidak pernah menggunjingkan, mencela, dan berprasangka buruk terhadap
orang lain maupun keadaan yang akan terjadi alias selalu optimis dalam semua
kondisi.
Bisakah
hal ini kita lakukan? Jawabnya, tentu saja bisa.
Henry
Ford, pembuat mobil Ford pertama di dunia mengatakan, “Jika Anda yakin mampu
melakukan sesuatu, atau Anda yakin tidak mampu melakukan sesuatu, maka Anda
benar dalam dua keyakinan itu.”
Jadi
mulailah berpikir positif dari sekarang. Dan yakinlah bahwa kita mampu selalu
berpikir positif di masa mendatang. You can, if you think you can!
Berpikir
positif erat kaitannya dengan keyakinan. Tapi apakah sebatas itu saja?
Bagaimana sebenarnya pikiran positif itu? Apakah berpikir positif itu suatu hal
yang mudah? Terlepas dari itu semua, kenapa kita harus berpikir positif?
Jawabannya
ada di buku ini!
***
Judul : P3K (Positif, Produktif,
Prestatif, Keren)
Penulis : Deasylawati P.
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : I/ Desember 2015
Dimensi : 19 x 13 cm
Tebal : 160 halaman
Kertas : Bookpaper, Soft cover
ISBN : 978-602-1614-75-4
Kategori : Motivasi
Pikiran
manusia merupakan sesuatu yang ajaib. Pikiran dapat memengaruhi setiap unsur
yang membentuk manusia. Mulai dari fisik, perasaan, sikap, hingga psikis. (Bab
2) Dalam hal ini, tergantung pada sisi mana kita menempatkan pikiran tersebut.
Ke arah positifkah, atau ke arah negatif. Tentu semua ingin terus berpikiran
positif. Namun apakah selalu bisa? Tidak. Keadaan seringkali menyudutkan kita
untuk ber-negative thinking. Tapi, tunggu dulu. Buku ini tidak akan
berbicara banyak tentang pikiran negatif. Buku ini akan mengupas
sekupas-kupasnya (?) tentang pikiran positif dan segala hal di sekitarnya.
Dalam
sejarah manusia, ada banyak contoh orang-orang yang selama hidupnya dipenuhi
pikiran-pikiran positif, misalnya, Nabi Muhammad Saw., Nabi Musa as., Muhammad
al Fatih, Thomas A. Edison, hingga Dr. Ibrahim Elfiky. Buku P3K ini menceritakan
kisah mereka kembali. Sebuah buku yang di dalamnya juga bersemayam roh
motivator dan novelis sekaligus. Perpaduan yang –jika boleh saya karang dengan
kejam—dapat disebut motivanovelis. (Apaan, sih! Tapi keren juga. Hehehe...)
Deasylawati,
dengan kepiawaian seorang penulis puluhan novel dan buku non-fiksi, kali ini
menyajikan sesuatu yang berbeda, dengan gaya bercerita yang ringan dan cerdas,
buku ini lahir dengan tujuan utama menuntun pikiran-pikiran positif bersarang
di kepala pembaca. Pikiran-pikiran positif dari banyak tokoh Islam dan dunia ia
tampilkan sebagai contoh yang motivatif.
Bab
“preambule” –begitulah Deasylawati menulisnya—ia awali dengan kisah Nabi Musa
dan pasukan Firaun yang terlibat kejar-kejaran di laut Merah. Bab inilah yang
menjadi induk semua bab. Dengan kisah yang diambil dari al-Quran itu,
Deasylawati mampu mengambil hikmah dan menyajikannya sebagai pengantar untuk
bab-bab selanjutnya.
“Namun,
Nabi Musa memimpin kaumnya untuk tetap berpikir positif saja atas pertolongan
Allah. Ini Allah, lho! Allah yang Mahakuasa dan bisa melakukan apa pun dengan
hanya perintah ‘Kun!’
atau ‘Jadilah!’” (hal. 9)
Begitu
menghunjam! Berpikir positif memang hal yang seharusnya dilakukan oleh setiap
orang, terlebih bagi seorang muslim. Setiap muslim memiliki Allah yang dapat
melakukan apa saja. Berpikir negatif artinya meragukan Allah. Meremehkan kuasa
Allah yang bergelar al-Mulk.
Berpikir
positif, sebagaimana pula berpikir negatif, lahir dari pengalaman masa lalu
manusia. Otak sebagai brankas ingatan paling luar biasa, merekam setiap
kejadian pada masa lalu dan menyimpannya dalam bentuk file yang pada
suatu saat dapat dibuka kembali. File-file inilah yang membentuk pikiran
manusia. (Bab 1) Positif atau negatif, hitam atau putih, menyerah atau tidak,
dan seterusnya. Semua berhak memilih.
“Ketika
ada dua kenyataan yang terjadi, antara kenyataan yang positif dan negatif, maka
ke mana pikiran kita, ke situlah nasib kita selanjutnya.” (hal. 104) Dan buku ini akan
membantu kita memilih yang terbaik. Namun satu hal yang penting untuk diingat, inti
dari buku ini; You are what you think! Kamu adalah apa yang kamu
pikirkan.
Sebelum
membaca buku ini, sebagian orang mungkin tengah terlena dengan pikiran-pikiran
negatifnya. Bahkan, ketika mendengar judul atau melihat sampul buku ini saja,
pikiran negatif mungkin seketika bergelayut. “P3K? Mungkin buku tentang
pengobatan darurat,” atau “Ah, buku ini pasti untuk remaja yang gaul, tidak
cocok untukku.”
Sekali
lagi, You are what you think. Buku ini memang tentang pengobatan
darurat. Darurat untuk orang-orang yang selalu diliputi pikiran negatif, sangat
susah untuk berpikir positif bahkan untuk kenyamanan hidupnya sendiri. Nah,
lihat, bagaimana saya telah berpikir positif, mengenyahkan contoh pikiran
negatif di atas.
You
are what you think. Gaya
tulisan dalam buku ini memang bukan bahasa yang sepenuhnya ilmiah. Segmentasi utama
pembaca buku ini adalah para remaja yang umumnya masih labil dalam berpikir.
Namun secara keseluruhan, buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa pun yang
butuh pertolongan darurat (seperti di atas). Gaya bercerita Deasylawati tidak
membuat pembaca merasa digurui. Ini salah satu nilai plus yang disajikan
Deasylawati. Ia seperti sedang berdiskusi akrab secara empat mata dengan
pembaca bukunya.
“Coba
bayangkan, jika asam yang sedemikian kuat dihasilkan oleh lambung kita dapat
membunuh tikus, apa dampaknya jika asam seperti itu terus berada dalam tubuh
manusia selama dia terus berpikiran negatif? Kamu mau? Hehehe.” (hal. 68)
Don’t
judge a book by its cover! (Ngomong-ngomong,
cover-nya keren, lho. Wajahku bisa jadi lebih ganteng. Coba, deh! ^^)
Sepanjang
membaca buku ini, secara bertahap pikiran pembaca akan mengalami pertukaran hitam-putih
yang konstan. Pikiran putih (positif) masuk, pikiran hitam (negatif) pergi.
Fisik, sikap, perasaan, dan psikis pun akan terpengaruh. Setiap tindakan, dan
setiap pengalaman akan bersandarkan pada pikiran positif. Semua mimpi akan
mudah tercapai.You are what you think.
8 komentar
komentarAkhirnyyyaaa bisa dapet bocoran isinyaa hhhee
ReplyWihh keren resensinya, mas. Complete bnget.
You are what you think..
Hhheee :-*
Wahm resensinya keren. Cuma belum ada kritikan masukan untuk penulis. Biar imbang antara kelebihan dan kekurangan. Tapi, tetap mengundang penasaran, apalagi disajikan dengan bahasa yang mengalir
ReplyWah, pelajaran berharga... ^^ terima kasih, Mbak Ratna. Selama ini emang belum bisa fokus nyari kekurangannya. Yg saya fokuskan cuma gimana isi bisa dsampaikan tanpa membocorkan banyak2 :p
Replyweehehe... makasih banyak dek :-*
ReplySama-sama. ^^ Aku juga masih belajar meresensi. Juga soal memberi kritikan dan pujian yang baik. Tapi kata seseorang yang sudah terbiasa meresensi, ada baiknya antara kekurangan dan kelebihan sama-sama dipaparkan.
ReplyHaduuuh terima kasiiih... saya jd dpt ide baru utk julukan saya selanjutnya... motivanovelis? Hohohoho... jadi maluuu...
ReplySekali lagi, makasih yaaa... ^O^
Waaah... ada Mbak Deasylawati mampir ke sini. ^^ Tiba-tiba aja kepikiran "motivanovelis" itu pas baca kutipan novelnya Mbak di bab 2. Novelnya bagus, buku motivasinya juga bagus, jadilah itu.... hehehe
ReplyTerima kasih kembali Mbak, saya sudah diijinkan ngupas bukunya... ^^
Hehehe sip Mbak. Saya kurang baca resensi orang lain sebenarnya, hehe... keliatannya saya juga harus banyak baca dan cari ilmu dari orang lain :p
ReplyJangan lupa tinggalkan komentar kalian, ya.
Terima kasih banyak untuk kunjungannya. :-)