Judul :
Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura
Penulis : Gagus
Ketut, dkk.
Penerbit : Pena
Nusantara
Cetakan : I/2014
Ukuran : 14,8 x
21 cm
Tebal : x +
206 halaman
Kertas : HVS,
Soft cover
ISBN :
978-602-1277-02-7
Harga : Rp 40.000
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung
halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Begitulah
Imam Syafii menasehati setiap orang dalam syairnya yang masyhur. Agaknya, syair
dari Imam Syafii di atas sangat tepat untuk menggambarkan setiap kisah hidup
kesembilan belas mahasiswa PPI-Osaka Nara yang menulis buku ini. Kebetulan salah
satu penulis juga mencantumkan penggalan syair tersebut untuk menginspirasi
para pembaca. (halaman 8)
Sebuah
kisah yang dialami langsung oleh penulisnya lebih berguna untuk dibaca daripada
sekadar panduan yang belum pernah dilakukan. Buku Menghidupkan Mimpi ke
Negeri Sakura (MMKNS) ini salah satu yang mencoba melakukannya. Terdapat
sembilan belas kisah nyata dalam buku setebal 206 halaman ini. Sepanjang
menelusuri bagian demi bagian cerita, pembaca akan dibawa menuju detik-detik
paling berharga bagi para penulis. Setiap detik itu adalah waktu yang terjadi
di masa silam; perjuangan melelahkan, perpisahan mengharukan, dan kejutan tak
terduga yang menemani mereka hingga di Negeri Sakura.
Sembilan
belas kisah dalam buku ini ditulis secara apa adanya. Bukan sepenuhnya cerpen,
artikel, ataupun yang sejenisnya. Sekali lagi, apa adanya. Bahkan Kekuatan
DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, Tawakal) yang ditulis oleh Gagus Ketut, sang koordinator
penulis tampak seperti uraian kalimat mutiara yang dijabarkan dengan kisah
nyata dirinya sendiri. Sangat menarik dan unik.
Tak
kalah unik, cerita yang berjudul Para Cameo sang Penentu Jalan Cerita, sebagian
besar berisi ucapan terima kasih penulis kepada pihak-pihak yang telah membantunya
hingga sampai ke Jepang. Mulai dari orangtua, para guru, office boy, hingga
tukang ojek.
Ada
juga penulis yang bercerita dengan gaya cerpen. Di antaranya adalah cerita-cerita
favorit saya, antara lain; Perjuangan Demi Perjuangan Meraih Mimpi ke Negeri
Sakura, Dari Negeri Saburai ke Negeri Samurai, dan Tak Ada Jalan yang
Tak Sampai. Ketiganya menceritakan pahit getir perjuangan penulis
mendapatkan beasiswa hingga menjalani hidup di Jepang. Banyak hikmah yang dapat
diambil dari ketiga cerita tersebut dan cerita-cerita lainnya, yaitu; pantang
menyerah, berpikir positif, hindari penundaan, pandai mengambil peluang, dan yang
paling penting, menggapai mimpi itu tidak harus kaya.
Hal-hal
tersebut sejalan dengan apa yang ditulis oleh Gagus Ketut pada kata pengantar,
bahwa tujuan utama penulisan buku ini adalah menginspirasi sekaligus memotivasi
pembaca, khususnya para pemuda Indonesia untuk berani berjuang mendapatkan
beasiswa kuliah di Jepang.
Akhirnya, saya mengajak teman-teman PPI Osaka-Nara untuk
menulis kisah inspirasi perjuangan mendapat beasiswa dan kuliah di Jepang. (halaman iv)
Namun
sayangnya tidak semua penulis MMKNS memenuhi tujuan tersebut. Beberapa penulis
tidak menjadikan kisah perjuangannya sebagai pokok utama cerita. Mereka malah
terlalu banyak memasukkan kisah sebelum mendapatkan beasiswa, kisah masa kecil,
atau bahkan kisah selama berada di Jepang. Sementara kisah heroik mendapatkan
beasiswa ke Jepang itu sendiri hanya secuil. Hampir tidak ada. Sebut saja di
antaranya: Yosakoi, Oleh-Oleh Untuk Surabaya. Kisah ini sama sekali
tidak menyinggung perjuangan mendapat beasiswa. Penulis hanya menceritakan
dirinya yang mengikuti salah satu grup kesenian di Jepang untuk ia bawa ilmunya
ke Indonesia. Inspiratif, namun belum tepat sasaran.
Berbeda
namun sejalan dengan cerita berjudul Hidup Lebih Indah dengan Sekolah. Penulis
lebih banyak menceritakan masa kecilnya yang penuh kesulitan, serta masa-masa
kuliahnya di Indonesia yang penuh perjuangan. Namun porsi untuk menceritakan
usahanya mendapatkan beasiswa hanya sedikit.
Dari
situ pembaca akan merasa heran ketika mendapati cerita yang tidak pada
tempatnya. Bukannya mencerahkan, malah terkesan curhat. Hal demikian seharusnya
diperhatikan betul oleh para penulis, terlebih lagi koordinator penulis. Sebab
sebuah buku ataupun cerita yang baik, konsisten dengan apa yang ditulisnya. Meskipun
dalam kasus MMKNS ini beberapa cerita yang menyimpang tersebut masih dapat
ditoleransi berkat judul buku yang mengusung tajuk “Menghidupkan Mimpi”, yang
sebenarnya mimpi itu dapat “hidup” cukup dengan iming-iming cerita indahnya
kuliah di Negeri Sakura.
Selain
masalah tujuan yang mesti dipertegas, tata bahasa juga perlu diperhatikan.
Terdapat banyak kesalahan penulisan kata dan penempatan tanda baca dalam buku
ini. Kemudian, ukuran font yang kadang berubah. Misalnya pada halaman 7 dan
halaman 8. Jelas terlihat ukuran font pada halaman 7 lebih kecil dibandingkan
halaman 8. Memang sepele, namun cukup mengganggu bagi pembaca.
Kendati
demikian, saya yakin bahwa antologi kisah inspiratif ini merupakan salah
satu contoh dari apa yang disebut fenomena gunung es. Bagian yang tampak di permukaan laut hanya
seperdelapan dari bagian seluruhnya yang berada di bawah air. Kisah-kisah dalam buku ini pun mungkin hanyalah
secuil kisah dari banyak mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di luar
negeri, terutama di Negeri Sakura. Namun secuil kisah ini memiliki daya luar
biasa kuat, dan lebih dari cukup untuk menumbuhkan minat, impian, dan greget
setiap pemuda Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Seperti
ungkapan Pramoedya Ananta Toer, “Tulis, tulis, tulis; suatu saat pasti
berguna.” Tulislah setiap jengkal perjalanan kita dalam menggapai mimpi. Suatu
saat, pada generasi yang berbeda, seseorang akan membacanya dan merasakan mimpi
dalam dirinya melangit. Seperti yang telah dilakukan para pemimpi di PPI
Osaka-Nara ini. Oleh karena itu, apa yang mereka lakukan ini penting dan, sebenarnya,
harus dilakukan pula oleh para pemimpi sukses lainnya di luar sana.(*)
Muhammad Rizal B. Firmansyah,
lahir di
Jember, 23 September 1995. Sedang menempuh gelar sarjana di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.
Selain hobi membaca, ia juga aktif
menulis cerpen dan puisi. Beberapa karyanya
pernah dimuat di beberapa
koran dan majalah lokal. Karya
lainnya terbit dalam beberapa buku
antologi bersama. Di antaranya: Kumpul
Bocah (LovRinz: 2015), Blackout (Raditeens: 2015), dan Pukul 6 (Writing
Revolution: 2015). Ia dapat disapa via HP: 085708307860 atau e-mail firmantigerstar@gmail.com.
16 komentar
komentarKisah yg terdapat dalam buku itu sangat menginspirasi..
ReplyWah kayaknya wajib baca nih... biar semangat nguli ke LN bangkit lagi... biar tertularr...
Replyklo buat antologi kudu teliti, biar gak keluar jalur. tp sukses menginspirasi deh
ReplyAku mau ke negeri sakura. Barusan ketemu sama orang jepang yg magang. Sukses ya bukunya
Replyhehehe... makasih banyak ya mbak ^_^
Replyhehehee.. haru itu mbak Ira.
Replymaksih bnyak ya mbak ^_^
hehhee mbak jiah mkasih utk drama paginya tadi ya :D
Replyhuuuhh aku juga mau pake banget mbak Ev......
ReplyAlhamdulillahh... akhirnya diposting juga resensinya nih. hheee
ReplySukses ya mas, dan trcapai cita-citanya ke negeri sakura hhheee
Amin...
Inspiratif banget mbak, bikin mupeng ke jepang :D
ReplySemangat mbak :D semoga sukses. ganbatte dekiru! (kopas dari buku ini :D)
ReplyBetul mbak, harus konsisten betul. terima kasih sudah mampir :D
ReplyWaaah, negeri sakura impian sejak SMA itu mbak... tapi sampai sekarang masih mbulet aja di negeri sendiri :D
ReplyAmiiin dek amiin... dirimu juga, semoga smua cita-citamu tercapai :)
Replyharus baca nih :)
ReplyMonggo dibaca.. buku yang inspiratif :)
ReplyJangan lupa tinggalkan komentar kalian, ya.
Terima kasih banyak untuk kunjungannya. :-)