[BLURB]
Mimi Tarmiyah memang sok
cantik. Sejak kecil dia ingin menjadi artis. Alasannya cukup
sederhana, ingin terkenal memiliki banyak uang, hidup mewah, serta memiliki
seabrek fan yang memuja-mujanya. Kini, usia Mimi sudah mendekati tujuh belas
tahun. Ini waktu yang tepat untuk mewujudkan mimpi, menjadi artis. Seperti
idolanya, Titin Tuminah Hona.
Valdo melihat kesempatan saat melihat ambisi Mimi.
Bersama Brian, ia memberi kesempatan Mimi untuk mengejar impiannya di Jakarta.
Mimi bersedia ikut, mengabaikan nasihat ibunya; kekasihnya, Engkos; dan
sahabat-sahabatnya.
Mimi si gadis desa harus mengakui kerasnya perjuangan di
ibukota. Menghadapi kegagalan dua kali, Mimi jadi ragu. Apakah ia akan
melupakan mimpinya dan kembali ke desa, atau tetap bertahan karena impian harus
diperjuangkan?
--------
Judul : Dream, If…
Penulis : Redy Kuswanto
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I/November
2017
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : 268 halaman
ISBN : 978-602-391-467-8
Mimi
Tarmiyah, gadis 16 tahun dari desa Baranangsiang ini memiliki mimpi menjadi
artis terkenal. Ia penggemar berat Titin Tuminah Hona, seorang artis terkenal
yang berasal dari rakyat kecil juga. Mimi ingin menjadi artis seperti
Titin, atau sebenarnya ia ingin menjadi Titin. Ia mengubah dirinya menjadi
duplikat Titin. Gaya rambutnya, pakaiannya, dan sikap kesehariannya pun berubah
ngartis. Penampilannya memang bisa ia ubah menyerupai Titin, tapi tidak
dengan bakatnya. Dalam hal bakat, nol besar untuk Mimi.
Suatu ketika bertemulah ia dengan Valdo,
orang yang akan mewujudkan mimpi Mimi menjadi artis terkenal. Bersama Brian
yang tampan, Valdo semakin meyakinkan Mimi bahwa menjadi terkenal itu sangat
mudah jika ia mau meninggalkan desa dan pergi ke Jakarta. Di sinilah Mimi
menghadapi banyak tentangan dari orang terdekatnya. Mulai dari
sahabat-sahabatnya, pacarnya, hingga Nyi Saonah ibunya sendiri.
Mimi sangat kesal. Tak satu pun
orang yang mendukung niatnya hijrah ke Jakarta. Hingga akhirnya ia memutuskan
kabur. Tanpa izin ibunya, ia berangkat ke Jakarta bersama Brian. Namun siapa
sangka, jangankan menjadi terkenal, untuk hidup dalam ketenangan saja sangat
sulit ia dapatkan selama di Jakarta. Mimi akhirnya sadar, dirinya kini menjadi tikus
yang terjebak dalam perangkap. Mencari jalan masuk selalu lebih mudah daripada
menemukan jalan keluar.
“Jangan
harap lo bisa kabur dan keluar dari Jakarta. Lihat aja, gue akan seret lo!” (hlm. 252)
Novel Dream,
If… menyajikan kisah yang banyak terjadi di sekitar kita. Fakta bahwa pada
zaman sekarang, seorang artis sebagai public figure banyak dijadikan
anutan bagi anak-anak muda penggemarnya. Bahkan tidak hanya dalam hal
penampilan, gaya hidup para artis juga sering dijadikan pedoman bagi anak muda
untuk dapat dikatakan up to date oleh lingkungan mereka. Fashion
ala artis ini, fashion ala artis itu, kata mereka. Padahal tidak semua hal bisa
cocok dengan semua orang.
“Ini
bukan model terbaru, Mimi. Ini
model lawas dan nggak up to date lagi
sama sekali … Kamu kelihatan lebih tua dari usia yang sebenarnya. Aku serius!” (hlm. 35)
Kisah dalam
novel ini sekaligus menjadi teguran bagi para remaja sejenis Mimi. Sekian
banyak remaja masa kini yang tidak menjadi dirinya sendiri. Apa yang sering
dikatakan mencari jati diri, bukanlah mengabaikan kemampuan dan batasan diri. Melainkan
membentuk dua hal tersebut agar saling melengkapi dan menjadi ciri khas atau
kepribadian yang akan dimiliki selamanya.
Gaya bercerita Redy Kuswanto yang
ringan membuat siapa pun dapat dengan mudah menangkap pesan cerita. Segmen
pembaca novel teenlit memang ditujukan bagi remaja, namun pesan yang
terkandung di dalam Dream, If… saya rasa harus dipahami oleh siapa pun. “Jadilah
diri sendiri”. Pesan yang mungkin sudah banyak disebarkan oleh para motivator
secara lisan. Namun Redy Kuswanto menyajikannya dalam sebuah cerita remaja.
Lokalitas terasa begitu nyata.
Beberapa momen ketika Mimi masih berada di Baranangsiang benar-benar dapat
membuat pembaca menjiwai kehidupan Mimi dan ibunya. Kehidupan Mimi dalam novel
ini bermula ketika Titin hendak mengunjungi desa tempat tinggal Mimi. Sosok
Mimi yang egois membuat pembaca gemas. Di sisi lain, sosok Nyi Saonah yang apa
adanya, bahkan terkesan kolot membuat kelucuan tersendiri. Namun rasa sayang
Nyi Saonah kepada Mimi membuat ia rela melakukan apa pun untuk Mimi. Dapat
dibilang novel ini memuat kelucuan dan keharuan sekaligus dari cerita
tokoh-tokohnya.
Sayangnya, kesempurnaan hanyalah milik
Tuhan. Setiap kelebihan selalu didampingi kekurangan. Kekurangan dari novel ini
salah satunya adalah cara yang dipakai oleh penulis dalam mendeskripsikan tokoh
Mimi Tarmiyah saya rasa kurang mengalir. Penulis menggunakan kalimat pembuka: “Inilah gambaran lebih lengkap fisik Mimi; ...” (hlm. 32). Seharusnya, deskripsi tokoh Mimi
sebagai tokoh utama bisa lebih mengalir, tidak secara jelas memberikan
pengantar di awal deskripsi.
Selain
itu adanya beberapa
tokoh yang
perannya hanya sekilas kemudian hilang. Peran tokoh-tokoh tersebut sebenarnya penting,
namun belum maksimal. Penyebabnya adalah kemunculan tokoh-tokoh baru yang
tiba-tiba mendominasi cerita. Misalnya kemunculan tokoh Brian. Kemunculan Brian
sekaligus menyingkirkan peran Valdo. Padahal, Valdo menjadi penyebab utama
konflik antara Mimi, Nyi Saonah, Engkos, dan sahabat-sahabat Mimi di awal
cerita.
Secara keseluruhan, Dream, If...
sangat bisa dinikmati sebagai novel yang menyajikan cerita sarat pesan
namun tidak menggurui. Novel ini sangat direkomendasikan bagi siapa pun
terutama para remaja. Cerita yang sederhana dan gaya bahasa yang tidak ”melangit”
membuat pembaca betah mengikuti setiap langkah Mimi menemukan jati dirinya. Sebuah
pencarian yang berujung pada dirinya sendiri. Menjadi dirinya sendiri.
GIVEAWAY
Saat yang ditunggu-tunggu, nih. Ada
satu novel Dream, If... untuk satu orang yang beruntung. Syaratnya apa?
Mudah, kok. Ikuti langkah-langkah di bawah ini, ya..
1. Berdomisili di Indonesia.
4. Wajib share banner blogtour ini (banner di atas pengumuman ini) di salah satu media sosial
kalian dengan mention salah satu akun di atas. Jangan lupa sertakan hastag #DreamIfGiveaway
5. Ceritakan secara singkat di kolom
komentar, tentang seorang artis idola kalian dan mengapa kalian
mengidolakannya. Boleh penyanyi, bintang film, band, komedian, dan sebagainya. Oh ya, jika ada pengalaman bertemu dengan artis
tersebut ceritakan juga, ya. Biar makin ciamik! Haha
6. Format komentar sebagai berikut:
Nama:
Domisili:
Akun twitter/FB/IG (salah satu):
Jawaban:
7. Giveaway ini berlangsung mulai hari
ini sampai dengan Rabu 22 November 2017. Pemenang beruntung akan diumumkan insyaallah
2 hari setelah giveaway ini berakhir.
Selamat menjalani hari dan semoga beruntung.
*****
PENGUMUMAN PEMENANG
Sebelumnya terima
kasih buat teman-teman yang sudah mengikuti giveaway ini. Kalian sudah mau
berbagi cerita dan pengalaman tentang artis idola. Sayangnya saya harus memilih
salah satu untuk jadi pemenang. Langsung saja pemenang beruntung yang mendapatkan
satu buah novel Dream, If… adalah:
Nama: Bety
kusumawardhani
Domisili: Surakarta
Twitter: @bety_19930114
Jawaban:
Aku mengidolakan Shun dari Totalfat. Dia seorang bassist dari band melodik
hardcore jepang. Aku mengidolakannya karena dia itu seperti guru buatku, aku
belajar pelafalan dan kosakata bahasa inggris dari dia lewat lagu maupun feed
sosmednya. Beberapa kali dia jg memilih membalas pesanku di sosmed dari sekian
ribu pesan fans lainnya. Padahal pertanyaanku tergolong sangat sepele. Ternyata
dia menyukai Indonesia, beberapa kali feednya pakai bahasa indonesia dan dia
berteman baik dengan musisi indonesia.
Aku pernah bertemu dengannya di sebuah acara brand baju
terbesar di indonesia akhir tahun 2013 di parkir timur gelora bung karno
Jakarta. Waktu itu aku sama sekali belum pernah ke ibukota, bahkan perjalanan
terjauhku saja hanya Solo-Jogja. Aku sama sekali tidak tahu arah ke Gelora bung
karno ditambah lagi handphone ku saat itu masih terbilang jadul, tidak ada GPS.
Aku hanya bermodal nekat membawa tiket PP kereta kelas ekonomi plus baju dan
uang sekedarnya. Dibela-belain bolos kuliah juga dan badan pegal-pegal karena
perjalanan sekitar 13jam. Ternyata band yang aku tunggu tampil sebagai penutup
jam 23.00. Di bawah guyuran hujan yang cukup deras, aku dan seorang temanku
berbaur menikmati musik cadas mereka. Bisa dibayangkan lautan manusia yang
sedang menonton konser, hanya ada dua orang cewek yang berada di tengah-tengah
lautan yang mayoritas kaum adam berdesak-desakkan. Mau mundur juga nggak bisa,
akhirnya pasrah sambil ikut nyanyi kenceng bersama mereka. Tapi, aku seneng
banget bisa bersalaman dan berbincang sedikit dengan member favoritku. Ternyata
dia seramah saat di dunia maya.